Bersama al-Qur'an (63)
Bacalah (إقرأ)
"Membaca Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah".
Ayat Qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam al-Qur’an. Sedangkan Ayat Kauniyah adalah ayat atau tanda yang tampak di sekeliling yang diciptakan oleh Sang Khaliq, Allah swt. Ayat-ayat kauniyah bisa dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan ciptaan Allah SWT lainnya yang ada di dalam alam ini.
Ayat Qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam al-Qur’an. Sedangkan Ayat Kauniyah adalah ayat atau tanda yang tampak di sekeliling yang diciptakan oleh Sang Khaliq, Allah swt. Ayat-ayat kauniyah bisa dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan ciptaan Allah SWT lainnya yang ada di dalam alam ini.
"Kebahagiaan"
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah foto. Foto bersama teman-teman penerima beasiswa pada Program S2 Pascasarjana UINAM (dulu masih IAIN Alauddin Ujungpandang), angkatan 1993. Foto itu adalah kenangan bersama Prof. Dr. Harun Nasution, MA.
Foto yang sudah terlupakan itu tiba-tiba muncul di status salah seorang kawan yang gambarnya juga ada di dalam foto, Dr. Nuraida Jaraz dosen IAIN Palembang. Saat melihat foto itu, memori saya bergerak, berputar begitu cepat ke masa-masa kuliah dulu di Makassar. Hati saya tenang dan tercerahkan. Saya merasa bahagia.
Bahagia adalah kebutuhan. Siapa saja berhak untuk meraihnya. Jika kebahagiaan itu diukur dengan hati, hati yang tenang, hati yang damai, maka mewujudkan kebahagiaan itu tidak sulit karena ia datang dari diri sendiri.
Kita mulai dari semangat untuk beraktifitas, kita berbuat apa yang bisa kita kerjakan, kita berkarya apa yang kita bisa lakukan. Kita harus yakin bahwa bahagia itu pantas kita miliki.
Ketika kita berpikir positif (positive thingking), maka hati menjadi tenang, hati menjadi damai. Hati bersinar, hati menjadi pelita. Pelita yang menerangi. Kalau di dalam hati ada pelita atau hati itu sendiri menjadi pelita tentu saja akan memberikan cahaya, menghasilkan sesuatu yang terang. Artinya, saat kita dalam keadaan bercahaya, maka apa yang kita lakukan turut bercahaya, apa yang kita lakukan semua adalah kebaikan. Hati yang tenang, hati yang bercahaya itulah yang akan menuntun ke arah mana kita melangkah. Dia akan selalu menunjukkan jalan yang benar, jalan kebenaran sesuai petunjuk al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW. Pada saat kebaikan-kebaikan menyertai aktifitas kita maka pada saat itu kita sedang berada dalam ketaatan melaksanakan kehendak Sang Khaliq. Kita terhindar dari semua yang bersifat negatif, kita berada dalam wilayah orang beriman, berada dalam ketaatan kepada-Nya.
Dalam al-Qur'an, hati yang bersih, hati yang bercahaya disebut "qalbun saliim." Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan, hati yang sehat, hati yang suci.
Dalam al-Qur’an "al-salim" disebutkan pada dua tempat. Pertama, QS. Al-Shaffat: 84 yang berbunyi:
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dalam al-Qur’an "al-salim" disebutkan pada dua tempat. Pertama, QS. Al-Shaffat: 84 yang berbunyi:
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat (sehat)”.
Ayat ini menjelaskan bahwa nabi Ibrahim as memiliki hati yang bersih, ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT.
Ayat ini menjelaskan bahwa nabi Ibrahim as memiliki hati yang bersih, ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT.
Kedua, Q.S Al-Syu’ara: 83-89, Allah SWT berfirman:
{رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83) وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ (84) وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (85) وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ (86) وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
Artinya :
(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (qalbun saliim).
(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (qalbun saliim).
Dari ayat-ayat yang telah disebutkan dapat dipahami bahwa nabi Ibrahim as adalah pemilik hati yang bersih, hati yang bercahaya, hati yang sehat dan selamat. Hati yang bersih sebagaimana digambarkan oleh ayat, pemiliknya selalu bersikap positif, yang ada dalam hatinya adalah kebaikan, hati yang mendambakan surga, tempat yang penuh kedamaian, dan mendoakan bapaknya agar diampuni oleh Allah SWT karena ia tergolong orang yang sesat. Artinya, hati Ibrahim as begitu bersihnya, tidak ada lagi ruang negatif di dalam hatinya karena sudah penuh dengan hikmah dan kemuliaan sehingga orang sesat pun didoakannya.
Hati yang bersih yang sedang kita miliki sejatinya dipelihara karena kalau tidak, boleh jadi hati itu menjadi kotor, menjadi hati yang tidak sehat, hati yang sakit. Hati yang sakit dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya. Di antaranya, sifat sombong, riya', hasrat ingin dipuji, sifat menopoli, sulit berbagi. selalu mau menang sendiri, dengki, sulit melihat orang lain sukses. Orang yang memiliki hati yang sakit ketika melihat orang yang banyak rezeki, hatinya gelisah, timbul rasa iri.
Kita seharusnya berjuang mempertahankan hati yang bersih karena kalau tidak dirawat, tidak diperjuangkan, hati itu tidak hanya akan menjadi sakit tetapi ia bisa menjadi "hati yang mati."
Hati yang mati dikendalikan oleh syaithan, hawa nafsu. Hatinya sudah tertutup cahaya kebenaran, yang ada dalam hatinya adalah kegelapan, negative thingking, prasangka buruk. Hari-harinya selalu dalam kegelisahan, ia berjarak jauh dari Allah dan sesama manusia.
Mengakhiri tulisan ini, tentusaja kita sepakat bahwa hati yang damai, hati yang tenang dan tenteram berhak untuk kita rawat. Kita pelihara dia dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat.
Al-Qur'an, Surah al-Nahl : 97 menginformasikan :
Al-Qur'an, Surah al-Nahl : 97 menginformasikan :
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Selain itu, perawatan hati yang efektif selalu dekat dengan Sang Khaliq. Kita mengingat Allah dalam setiap saat baik ketika kita sedang bekerja maupun saat kita sedang istirahat. Hati, lisan, dan perbuatan berpadu satu mengingat Allah SWT dalam setiap waktu dan kesempatan. Moga dengan hati yang bersih, hati yang sehat, kita semua merasa bahagia.
آمين يارب العالمين
آمين يارب العالمين
Alqur'an surah al-Ra'du : 28
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.
والله اعلم بالصواب
Ternate, Ahad, 26 Agustus 2018 M
Ternate, Ahad, 26 Agustus 2018 M
Comments
Post a Comment